Jatim - Tahun 2024 merupakan tahun terakhir untuk mengejar target penurunan stunting di angka 14% sesuai amanah Perpres Nomor 72 Tahun 2021. Oleh sebab itu, meski masih di suasana awal tahun, BKKBN Jawa Timur gencar menyisir berbagai wilayah di Jawa Timur untuk memberikan edukasi pencegahan stunting kepada masyarakat.
Seperti halnya pada Rabu, (10/1/24) BKKBN Jatim menggelar Sosialisasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang menyasar warga Karanganyar, Bondowoso. Kepala BKKBN Jatim, Dra. Maria Ernawati, MM pada kesempatan itu berkolaborasi dengan mitra DPR RI, Drs. H. Sy. Anas Thahir, memberikan edukasi kepada masyarakat.
Baca juga:
Doa Bersama Kemenkumham Jelang KTT G20 Bali
|
Anas Thahir mengatakan, pada tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, Indonesia diharapkan telah bertransformasi menjadi negara maju. Menurut Anas, salah satu syarat tercapainya hal tersebut ialah prevalensi stunting yang rendah.
“2045 diharapkan Indonesia menjadi negara maju, menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu syaratnya angka stunting harus rendah, ” kata Anas.
Menyambung hal itu, Dra. Maria Ernawati, MM kemudian mengungkap angka stunting di Indonesia yang masih cukup tinggi. “Di Indonesia masih ada 21, 6 persen anak stunting, sedangkan di Jatim sedikit lebih rendah, yaitu 19, 2 persen. Padahal stunting atau kekurangan gizi kronis ini menyebabkan gagal tumbuh secara fisik dan menghambat kecerdasan, " kata Erna.
Baca juga:
Panggil Aku DJ Saja; Kisah Hidup DJ Samantha
|
Pencegahan stunting, lanjut Erna bisa dioptimalkan dengan memanfaatkan layanan kesehatan Posyandu atau Puskesmas. “Untuk mengetahui anak mengalami stunting atau tidak, perlu diperiksa tenaga kesehatan. Keluarga yang memiliki balita silahkan datang ke Posyandu, pastikan hadir setiap bulannya secara rutin untuk memantau tumbuh kembang anak, " pesannya.
Diketahui, berdasarkan hasil SSGI, angka stunting di Bondowoso tahun 2021 masih relatif tinggi yaitu 37%, kemudian tahun 2022 turun menjadi 32%.
Menanggapi hal tersebut, Anisatul Hamidah M.Si, Kepala Dinsos PP dan KB Bondowoso mengatakan, pernikahan dini merupakan salah satu penyebab masih relatif tingginya angka stunting di Bondowoso. Anis kemudian meminta masyarakat untuk ikut serta mencegah pernikahan dini di lingkungan terdekatnya.
"Nikah dini menjadi salah satu penyebab permasalahan keluarga dan negara. Karena kedua calon pengantin belum memasuki fase kesehatan fisik maupun mental yang kuat. Terutama akibat fisik dari calon ibu yang masih belum siap hamil dan melahirkan sehingga berisiko melahirkan bayi dalam kondisi stunting, ” ujar Anis.
Adapun di Posyandu, secara rutin dilaksanakan berbagai kegiatan yang membantu dalam pencegahan stunting seperti memantau kesehatan dan tumbuh kembang anak melalui penimbangan balita dan pemberian vitamin A, pemeriksaan ibu hamil, dan bagi remaja putri bisa memperoleh tablet penambah darah untuk mencegah anemia.@Red.